Masyarakat Indonesia Bersikap Westernisasi
Sering terdengar seruan untuk
waspada terhadap globalisasi dan ekspansi budaya global. “Hati-hati terhadap bahaya westernisasi!”, “Lindungi generasi muda dari pengaruh buruk
budaya asing!”. Seruan semacam itu pada dasarnya tidak salah, karena
merupakan suatu usaha untuk mempertahankan budaya dan identitas kita. Tapi
resistensi dan sikap-sikap defensif yang cenderung menutup diri juga tidak bisa
dibiarkan berlarut-larut
Globalisasi budaya identik dengan
budaya pop dan postmodernisme yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah. Budaya
pop awalnya merupakan hegemoni budaya Barat (terutama Amerika), ditandai dengan
merebaknya gaya hidup Amerika melalui industri budayanya seperti musik,
olahraga, fastfood, mode pakaian, dan film-film Amerika di seluruh dunia. Namun
sifatnya fleksibel dan berubah-ubah, budaya pop menjadi sangat terbuka untuk
diisi oleh budaya mana pun.
Tidak asing lagi terdengar, para
remaja banyak yang bergaya kebarat-baratan hanya karena mengikuti fans luar
negerinya. Kalau udah begini, bagaimana penerus Indonesia memelihara budayanya
sendiri? Maka itu pemerintah dituntut aktif untuk mengawal, melindungi, serta
menggunakan lobinya untuk memuluskan jalan bagi produk-produk budaya kita di
negara lain, yaitu menciptaan hasik karya seni dan mengeksplornya ke mancanegara.
Trend-trend yang berlaku di
Indonesia akan turut digandrungi pula di negara-negara yang telah menerima
ekspansi budaya kita. Ini bisa diiringi pula dengan masuknya produk-produk lain
seperti beragam manufaktur yang membawa nama dan gaya hidup Indonesia.
Selangkah demi selangkah, kita menuju hegemoni budaya Indonesia. Dan jika
saatnya tiba, kita boleh tersenyum melihat budaya Indonesia berkibar di
mana-mana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar