Ntah apa yang bisa terucap, ketika ibam
mulai bertanya “hal apa yang membuat kamu mencintaiku, cha?” pasti hening
seketika, karena sulit memberikan penjelasan “yang jelas aku takut kehilanganmu”.
Disaat itu pula, air mata kembali berurai memiliki arti “aku kesal dengan jarak
seperti ini, aku kangen, aku hampa, aku resah dan aku takut”
Dengan petikan gitar dan bait-bait
rangkaiannya, ibam berirama dengan mesra, di selingi “aku mencintaimu, cha” kapan semua ini akan terjadi sesuai keinginan
ku? Bersatu dalam bahtera, tanpa jarak seperti ini?
Minggu lalu ibam menambah satu
dalam umurnya, ketika itu juga aku berharap dapat bersanding di sisa umurnya. Tapi
lagi dan lagi, sebuah jarak menghantar kata sabar yang menusuk hati. Mungkin terlalu
berlebihan untuk diungkapkan, tapi hanya inilah yang mampu mewakili keresahan
ketika kita tidak bisa bertemu.
Jadilah seseorang yang sukses untuk
orang sekitar ya sayang, fokuskan pada satu cita-citamu, bersandar diruang
sejuk dan mampu membenahi kejanggalan dalam laporan keuangan. Aku datang dengan
kedua orangtuaku, ketika stetoskop sudah resmi melingkar di leherku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar